


Pagelaran pyshco ini memang terasa sangat kental dengan
teater aktornya, karena orang yang memainkannya diharuskan bermain monolog
sendiri-sendiri pada awal-awal babaknya, dan naskah ini berdurasi kurang lebih dari 90
menit, dan hanya dimainkan oleh dua orang saja, bisa dibayangkan bagaimana
actor harus menghidupkan peran diatas panggung.
Naskah ini menggambarkan bagaimana seseorang yang dianggap
abnormal oleh orang lain, sementara dia hidup sendirian di sebuah rumah tua
yang berantakan dan tidak terurus. Maka dari sinilah cerita naskah ini dimulai…




Terjadi percekcokan diantara mereka, karena penghuni rumah
menolak mentah-mentah penggusuran rumahnya…
Akhirnya niat untuk negosiasipun dibatalkan dan sepertinya
pejabat melakukan pendekatan terhadap kepada penghuni rumah dengan cara lain, dan terjadilah pertemanan diantara keduanya..
Keduanya saling melontarkan kegelisan, keluh kesah, persoalan, dan permasalahan pribadi mereka masing-masing dengan dimensi
yang berbeda...
Pejabat ini pun
terlibat dalam kehidupan penghuni rumah tersebut.... kerena rasa penasaran yang telah dialaminya, ada rasa keibaan, rasa
kasihan dan rasa senasib yang mendalam yang dirasakan oleh seorang kawan... walau dia merasakan
keanehan, ketidakwajaran, bahkan kegilaan yang terjadi dirumah ini, apalagi pada
saat dia harus berinteraksi dengan Marni isteri penghuni rumah yang tidak ada
wujud orangnya…
Dia ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah
tersebut, apakah hanya sekedar penglihatannya sendiri atau kerena kegilaan
penghuninya… bahkan dia sempat
memberikan simpulan sendiri bahwa Marni telah mati hal inilah menjadi kemarahan
luar biasa bagi penghuni rumah, ternyata lebih marah dari berita penggusuran
rumah….
maka sebagai kawan ia pun berusaha mencari tahu dimana keberadaan Marni sebenarnya….
Namun ternyata Marni memang
benar-benar sudah meninggal, ia pun memberikan bukti nisan Marni...
dia ingin menyadarkan penghuni rumah akan keadaan yang sesunggguhnya, dia ingin menghentikan kegilaannya…
hingga penghuni rumah itu pun dipaksa untuk meninggalkan
tempat itu, untuk melupakan segalanya….
Ini hanya sekelumit dari cerita naskah yang ada di
pagelaran phisyco...
Terima kasih buat kawan-kawan yang ikut mendukung pagelaran
ini, M. Fauzan Ilmi S.Pdi, Imanuddin S.Pdi, Fikri, Hayatun Nufus yang mau ikut
begadang mengisi musiknya…M. Sahid Hasbullah S.Pdi, M. Subhani, Anguy dan
lain-lain yang telah ikut sibuk mengatur set panggung.
Semoga Pagelaran ini dapat diterima...
Para Pendiri Sanggar 09 Banjarmasin
Naskah
PHISYCO
Karya: Ibrahim Aj
SUASANA
PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN RUMAH PERABOTNYA TIDAK BERATURAN.
PAKAIAN, BERKAS, PEKAKAS-PEKAKAS BERHAMBURAN, TAMPAK KUMUH RUANGAN ITU. DISANA
TAMPAK SEBUAH MEJA, CANGKIR, TEKO, SEBUAH LEMARI, LUKISAN WANITA UKURAN BESAR.
DI SEBUAH AYUNAN TAMPAK TIDUR SEORANG LELAKI, KAKINYA BERSELONJOR. IA TIDUR
DENGAN KEGELISAHAN. DIBAWAH AYUNAN ITU SENDAL JEPIT LUSUH, DUA BUAH KURSI YANG
TERDAPAT DI SEKITAR MEJA. SUASANA TENGAH MALAM UDARA DINGIN SEKALI. LAMPU
REMANG-REMANG,HANYA LAMPU TEMBOK SAJA YANG TERGANTUNG DEKAT AYUNAN. LAKI-LAKI
TIDUR GELISAH, IA BERMIMPI TENTANG HAL YANG SANGAT MENGGANGGU BATINNYA,
BERKALI-KALI MEMBALIK BADANNYA, KERINGAT MEMBASAHI WAJAHNYA, IA MENGIGAU :
TOKOH
I : (DENGAN SUARA PARAU)
Marni……,
tidak Marni, tidak mungkin. Tidak akan
(BADANNYA BERGERAK-GERAK ) Tidak bisa ….. tidak Marni... dak….
Tidak!tidak!
tidak!!! (LUKISAN MARNI TERJATUH DARI DIDINDING)
(TERSENTAK BANGUN DARI TIDURNYA)
Marni… Marni…
LAMPU
TERANG DI TEMPAT LAKI-LAKI ITU, IA MENGUSAP KERINGAT DI WAJAHNYA, MINUM AIR
YANG TERDAPAT DIGELAS DI ATAS MEJA, MENYULUT ROKOKNYA, IA BERUSAHA MENENANGKAN
DIRINYA ( DIAM ) KEMUDIAN IA INGIN MINUM KEMBALI TAPI AIR YANG DIGELAS ITU
SUDAH HABIS MAKA LAKI-LAKI ITU PUN BERUSAHA MENGGAPAI TEKO YANG TERDAPAT DI
ATAS MEJA YANG LETAKNYA AGAK JAUH JAUH,
IA BERUSAHA MENGAMBILNYA, NAMUN TIDAK SAMPAI-SAMPAI DAN AHIRNYA…. IA TERJATUH
DARI AYUNAN BERSAMAAN DENGAN TERBALIKNYA MEJA KARENA DORONGAN TANGANNYA.
TOKOH
I : (TERJATUH DI LANTAI MEMEGANGI PINGANGNYA, MENGADUH KESAKIAN,
BANGKIT DAN
BERBICARA PADA AYUNAN )
Bangsat kamu ! (MEMUKUL
AYUNAN)
Barang Tua, Rongsok kamu ! sialan! Jelek!, kurag ajar! setan!,
jadah!!!
Tuan sendiri mau di
makan!
Masih untung aku tidak
membuangmu ke tempat sampah, biar di makan anjing sekalian!
(MEMUKUL AYUNAN ITU
SEJADI-JADINYA) Dasar tidak tahu di untung, tidak tahu malu,
kurang ajar!!!
(MELUDAH KE AYUNAN)
cuh…cuh..
(BANGKIT,
MENEPUK-NEPUK BAJUNYA DARI KOTORAN LANTAI YANG MENEMPEL DI BAJUNYA)
(MEMANGGIL-MANGGIL)
Marni… marni…
Kemarilah… Temani aku
di sini, dingin sekali rasanya…
(LEBIH KERAS SUARANYA
) Marni… Marni…
Jangan terlalu lama
kau menanak nasi, perutku tidak lapar, inikan sudah tengah malam,
Kemarilah…
aku hanya ingin melihat senyummu saja!
(TIDAK ADA REAKSI DARI
ORANG YANG DIPANGGIL, ADA SEDIKIT KEPUTUSASAAN MAKA IA
PUN BERHENTI
MEMANGGILNYA)
(MEMBENAHI MEJA DAN
MEMUNGUT BARANG-BARANG YANG TERSERAK DI DILANTAI DAN
MELETAKKANNYA KEMBALI DI
ATAS MEJA)
Kalau kau sedang sibuk
ya sudah..!
Aku tidak akan
mengganggumu
Kerjakan saja,
pekerjaan mu yang tidak ada habisnya itu.
(MELIHAT LUKISAN MARNI
YANG TERJATUH DILANTAI DAN MENGHAMPIRINYA)
Ya ampuun… siapa yang
berani menjatuhkan lukisan ini!!!
(AGAK MARAH)
Tikus? Kucing? Kecoa?
Bangsattt!!!
Maling kalian semua!!!
(BICARA PADA LUKISAN
SAMBIL MENGELUS-ELUSNYA)
Maafkan aku sayang…
jika aku tidak menjaga mu dengan baik…
Ini tidak akan terjadi
lagi… aku bersumpah….
(MENGGANTUNGNYA DENGAN
HATI-HATI SEKALI)
(BEJALAN KEARAH KURSI
DAN DUDUK DI ATASNYA)
(MERONGOH KANTONG,
MENGAMBIL ROKOK DAN GERETAN, MENYULUT ROKO DAN
MENGHISAP DALAM DALAM )
(MELIHAT KURSI GOYANG
MENGHAMPIRI DAN MEMBERSIHKAN JOK KURSI TERSEBUT,
KEMBALI BERDIRI DI SAMPINGNYA
)
Kursi ini untukmu, Kau
duduk di sini dan aku duduk di sana
(KEMBALI PADA KURSI
SEMULA, DUDUK DENGAN TENANG )
Seperti biasa, kita
bercerita sambil tertawa-tawa, He...He... He… Kau selalu membicarakan
tentang
makanan, sayur mayor, kompor, pakaian, perabotan sampai masalah sabun dan
sikat
gigi.
(TERTAWA KECIL) hanya
masalah yang kecil-kecil saja, sedangkan aku sealu membicarakan
masalah yang
besar-besar, tentang pekerjaan, duit, teknologi, social, ekonomi, politik,
hukum sampai masalah presiden dan aparat aparat pemerintah yang brengsek!!!
(MENGHISAP ROKOKNYA)
Aku sangat senang
membicarakan soal Kriminal yang selalu membuatmu merinding
ketakutan…
(TERTAWA KECIL) dasar
perempuan, cuma cerita saja malah ketakutan
(TERTAWA MELECEHKAN SAMBIL
MENGGELENG-GELENG)
(MENGHISAP ROKOKNYA
KEMBALI, MENGAMBIL CANGKIR DAN TEKO, MENUANGKANNYA
NAMUN TIDAK ADA AIR YANG
TUMPAH, KEMUDIAN MENGAMBIL TEKO DAN MENUANGKANNYA
KE MULUT, YANG JATUH HANYA
SETETES AIR SAJA )
(DENGAN NADA
KESAL) Habis.. sialan..!
(MENUANGKAN KEMBALI
DENGAN SUNGGUH SUNGGUH)
Tapi cukup berharga
bagi orang yang kehausan, (BICARA PADA TEKO) Andai aku tidak haus,
sudah ku
tendang kamu!!!
(MENOLEH KE BELAKANG
PANGGUNG, BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL MARNI) Marni…
Marni… tolong ambilkan air…
Segera marni, jangan
terlalu panas, yang hangat hangat saja.
(MENGHISAP KEMBALI
ROKOKNYA, MENGACUNGKAN GELAS KOSONG DAN MEMANDANGINYA)
Biasanya, cangkir ini
tidak pernah kosong..
(MELETAKKAN GELAS DI
ATAS MEJA)
Kau perhatian sekali
marni, seperti anak kecil saja aku
(TERTAWA GELI)
Dari mandi, makan,
pakaian, sampai tidur kau yang mengatur (TERTAWA) Benar-benar
seperti anak
kecil, tapi aku senang, senang diatur, senang di layani
(TERTAWA LEBIH BANYAK)
(DIAM SESAAT)
TIBA TIBA LAKI LAKI
ITU TEGANG SEKALI, TANGANNYA MERAYAP RAYAP DI WAJAHNYA
TURUN KE DADA SAMPAI
SELANGKANGAN)
(USAHAKAN GERAKAN
PATAH – PATAH)
(SUARA AGAK
MERANGSANG)
Marni…. Tiba tiba aku
rindu sekali…. sangat rindu, Marni….
(NAFAS BESAR, MATA
TERPEJAM, GERAKAN TANGANNYA SEMAKIN LIAR, LAYAKNYA SEPERTI
ORANG YANG
BERKHAYAL)
DIAM SESAAT…. MEMBUKA
MATANYA DAN TERSENYUM
(KURSI GOYANG MULAI
BERGERAK PELAN-PELAN)
(DIA BERADA DI
DUNIANYA MENGULURKAN TANGAN KEARAH KURSI MARNI DAN SEOLAH ADA
MENYAMBUT ULURAN
TANGANNYA )
Marni…… aku bergairah
sekali
(MENCIUM TANGAN MARNI
SEOLAH ADA DIDEPANNYA )
Marni.. aku benar-benar
bergairah, sangat bergairah.. kali ini aku tidak akan
mengecewakanmu, sungguh…
tidak akan!!! aku akan lebih lama, lama…. Sekali….
(MENGGENGGAM TANGAN
MARNI DAN MELETAKKANNYA DIDADA)
Percayalah, aku akan
lebih kuat dan lebih perkasa!!!
Tunggu aku akan
kembali mengambil obat itu. Dan kau tunggu di sini...
(TERSENYUM BERGAIRAH)
Bersiaplah! berdandan yang cantik, dan jangan lupa, harus
wangi... farfum
melati! wanginya farfum melati.. ya melati saja....
(BERGEGAS BERBALIK MENUJU SEBUAH ALMARI,
MENGGELEDAH SEMUA ISINYA SAMBIL
BERBICARA)
Pokoknya kau harus
cantik dan harum, harum kembang melati, aku tidak mau yang lain.
Lipsticknya
juga jangan terlalu tebal, yang sedang sedang saja, bajumu juga harus
diganti,
baju yang berwarna putih, agar kita seperti sedang berada di awan!!!
(MENEMUKAN YANG DI
CARI)
Ahh… Ini dia…. Marni!
aku menemukannya!
(GEMBIRA SEKALI SAMBIL MEMEGANG BOTOL KECIL)
(BERBALIK DAN BERKATA
DENGAN GEMBIRA)
Aku telah
menemukannya!!!
(DIAM)
(MEMANDANG SEKELILING,
MENCARI-CARI MARNI )
Marni... Marni…
(TERUS MENCARI-CARI
LAGI )
(KEBAWAH BANGKU,
KEBELAKANG LEMARI, KE AYUNAN, KE UJUNG PANGGUNG, BERLARI
KESANA KEMARI )
Marni… Marni…. Kemana
kau marni.!
(BINGUNG, BERJALAN HILIR
MUDIK)
Rasanya, kau nyata
sekali duduk di kursi itu... Aku yakin, marni tadi ada di sini! Tapi
kemana dia
?
Marni…. Marni….
(DIAM SESAAT KEMUDIAN
MEMEGANGI KEPALANYA)
(TIBA-TIBA BERGETAR
SELURUH BADANNYA, MAKIN LAMA GETARANNYA MAKIN MEMUNCAK
DAN MENJADI-JADI SAMPAI
KALIMAK)
(LAMPU BLITZ)
Aku kebelet, aku
kebelet, Aku kebelet sekali marni… Marniiiiii
(TERSUNGKUR
MENUNTASKAN NAFSUNYA, MERANGKAK DENGAN SISA-SISA TENAGANYA
MENDEKATI KURSI
GOYANG MARNI)
Seperti ada… tapi,
tidak ada, aku begitu nyata melihat marni di kursi ini, nyata sekali, tapi
kau
tak ada!
(MEREBAHKAN KEPALANYA
DUDUK DI KURSI SAMBIL MENGELUS-ELUS KURSI ITU)
Marni… kau selalu saja
main-main, kau bercanda marni
(TERTAWA) candamu serius sekali, sangat bermutu…
(DIAM SESAAT DAN
TIBA-TIBA TERSENTAK)
(MEROGOH SAKUNYA UNTUK
MENGAMBIL SEBATANG ROKOK DAN GERETAN, MENYULUT DAN
MENGHISAPNYA, BANGKIT DUDUK
DI KURSI LAIN, MERAIH CANGKIR UNTUK MINUM, NAMUN
CANGKIR ITU MASIH TETAP
KOSONG) Marni… cepatlah kemari jangan hanya diam di situ
saja, ambilkan aku
air!!! ( TIDAK ADA SAHUTAN, BERKATA DENGAN NADA
LESU ) Akhir-ahir ini kau
selalu tidak menjawab bila ku panggil! kau sombong marni,
Sangat sombong
(SEDIKIT MENANGIS SESAAT KEMUDIAN MENOLEH KERUANGAN DAN
BERJALAN KESEKITAR RUANGAN)
(AGAK MARAH)
Lihatlah ruangan ini
marni, rumah kita sudah semakin kusut, kumuh, kusam, dan dekil!!!
semua
mengharap belaian tanganmu, kehadiranmu, sapaanmu, Ayolah marni…,
(MEMANDANG SEKELILING
PERLAHAN BERUBAH SANGAR DAN LIAR, BERLARI KESANA KEMARI
MENGHAMPIRI PERABOTAN
YANG BERSERAKAN, MENGGENGGAM BAJU YANG BERSERAK
DI LANTAI, DAN BERBICARA PADA
BAJU)
“Kau berharap
kedatangan marni kan? (MENGHAMPIRI DAN BERBICARA PADA YANG LAIN) Kau
mengharap
kedatangannya kan? (KEPADA YANG LAIN) Mengharapkannya kan ? (KEPADA
YANG
LAINNYA) iya kan? (MEMANDANG SEKELILINGNYA DAN BERTERIAK)
Semua mengharap
kedatanganmu marni! Meminta kehadiranmu!
(KILAT DAN GUNTUR,
LAMPU BLITS)
(BERLARI MERANGKAK
MENGHAMBURKAN SEMUANYA)
Ayo bilang! kalau
kalian mengharapkannya! Memohonlah supaya Marni datang!
(MENGAMUK SEJADI
JADINYA SAMPAI KLIMAKS )
Cepat memohon,
memohon, memohonlaaah !
(KESEDIHAN YANG
MENDALAM )
(DIAM BANGKIT PERLAHAN
LAHAN DAN BERKATA DENGAN TENANG KEPADA PERABOT-
PERABOT)
Saudara-saudara saya mohon ma’af kalau saya telah berbuat
kasar pada kalian, tapi… saya
tidak bermaksud menyakiti, saya tidak pernah
begitu, tidak sedikit pun…
(SEDIH) Hanya ruangan
ini saja yang terlalu pengap dan gelap. Sesak rasanya bernafas
(TERTUNDUK DIAM)
Marni, kau telah
merubah jiwa dan mentalku hingga berantakan, rusak, kacau dan gelap!!!
(DIAM) Rokokku ?
(MENCARINYA DI SAKU
SAKU, DISELA-SELA HAMBURAN PERABOTAN, KINI RUANGAN INI
SEMAKIN KUSUT DAN
AKRIHNYA DIA MENEMUKANNYA, BERGEGAS MENYULUT DAN
MENGHISAPNYA DUDUK DIANTARA
HAMBURAN BARANG-BARANG)
(TERTUNDUK LESU)
Sepertinya aku
mengalami kekosongan yang luar biasa
(MENGHISAPNYA KEMBALI)
Ruangan ini, rumah
ini, dinding-dinding ini, lantai, lampu, udara, cahaya semuanya seperti
mati…
(MENGHISAP KEMBALI )
Rasanya kau lama sekali kau meninggalkanku Marni… Seolah ingin
mencabut nyawaku
saja.
(GERAM MEMBUANG ROKOK
DAN MENGINJAK INJAKNYA) Tidak, aku tidak ingin kejadian ini
benar-benar
terjadi, aku harus menemukan marni!!! Hanya pertemuan yang akan
mengubah
semuanya…
(MENGAMBIL LAMPU TEMOK
SAMBIL TERUS MEMANGGIL-MANGGIL MARNI, MENCARI-CARI KE
UJUNG PANGGUNG,
KESELA-SELA PERABOTAN, KEBELAKANG LEMARI)
Marni…. Jangan kau
bersembunyi terus… ayo marni… keluarlah….
Cukup marni…. Ku akui
aku yang kalah… sekarang keluarlah…
Ayo marni… mari sini…
temui aku sekarang, Marni… marni… marni…
(AGAK PUTUS ASA
KEMUDIAN MELETAKKAN LAMPU TEMPLOK DIATAS MEJA, MENGAMBIL
ROKOK DAN MENYULUTNYA
DENGAN BEBERAPA HISAPAN YANG DALAM)
Aku kira marni sedang
ke pasar…
(BERJALAN HILIR MUDIK,
BERPIKIR, MENGHISAP ROKOK LAGI)
Ke pasar??? tidak
mungkin, ini sudah tengah malam, mana mungkin ada pasar yang
berjualan tengah
malam begini..?
(MEROKOK JALAN AGAK CEPAT, BERPIKIR MAKIN KERAS) Atau… Mencuci
pakaian di tepi
sungai??? tidak mungkin, sungai itu gelap sekali, marni sangat
takut dengan kegelapan
malam…
(BERHENTI BERJALAN)
Lalu marni kemana ?
(MENGHISAP ROKOK )
Di ruang dapur?
(GEMBIRA SEOLAH TELAH
DIDAPATKAN JAWABAN DARI PERSOALAN NYA YANG SEDARI TADI
JADI BEBAN PIKIRANNYA)
Ya! Dia pasti
bersembunyi di sana!
Aku harus menemukannya
sekarang! Harus secepatnya
(BERGEGAS MENGAMBIL
LAMPU DAN DENGAN CEPAT IA BERJALAN BELAKANG PANGGUNG )
Marni… Marni… Marni…
marni… marni…
(LAMPU PANGGUNG MATI)
SUASANA
PANGGUNG GELAP SEKALI SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA NYANYIAN LAMBAT LAUN SUARA
ITU SEMAKIN KERAS, SUARA YANG BERAT SEKALI… TIDAK BEGITU BERATURAN…
TOKOH
II : HAMPIR MALAM DIKOTA
KETIKA KERATAKU TIBA
REMANG REMANG CUACA
TERKEJUT AKU
TIBA-TIBA…..
(TERTAWA SETENGAH MABUK)
LAMPU
FOLLOW MENYOROT KECIL KEPADA SEORANG LAKI-LAKI YANG SEDANG MERANGKAK MEMBAWA
TAS KOPER, DITANGANNYA ADA SEBUAH BOTOL MINUMAN… LAMPU FOLLOW MAKIN MEMBESAR
LAKI-LAKI ITU MEMAKAI DASI, JAS, KEMEJA (PAKAIAN LENGKAP LAKI-LAKI) NAMUN PAKAIANNYA SUDAH TIDAK BERATURAN LAGI.
SESEKALI MENEGUK MINUMAN ITU MERAYAP MENURUNI LEVEL SAMBIL BERNYANYI.
TOKOH
II : HAMPIR MALAM DI KOTA
KETIKA KERETAKU TIBA
REMANG-REMANG CUACA
TERKEJUT AKU
TIBA-TIBA…
(MENEGUK
MINUMAN TERTAWA)
SEPASANG
MATA BOLA
DARI BALIK JENDELA
(MENEGUK
MINUMAN TERTAWA LAGI)
DUA
MATA MEMANDANG
SEAKAN-AKAN BERKATA…
LINDUNGI AKU… (TERHEMPAS DAN JATUH KELANTAI)
TERKEJUT AKU TIBA-TIBA… (TERBARING
DAN TERTAWA)
(LAKI-LAKI ITU BANGKIT DAN
TERUS BERDIRI DAN KEMBAL BERNYANYI,
BERDIRI
AGAK LIMBUNG)
Yang bilang aku mabuk…
gue tabuk!!!
Gue engga mabuk
tauuuu!!!
(TERUS BERNYANYI)
SEPASANG MATA BOLA
DARI BALIK JENDELA (MINUM LAGI)
DUA MATA MEMANDANG
SEAKAN-AKAN DIA
BERKATA
LINDUNGI AKU… ( BATUK-BATUK ) PAHLAWAN…
(MUNTAH SEJADI-JADINYA)
(DUDUK SEJENAK
LAYAKNYA ORANG MABUK TIBA-TIBA TERSENTAK)
Ya ampuuun… saya masih ada
tugas… tugas dinas!!! (MELETAKKAN BOTOL MINUMANNYA
DISAMPING MEREMAS-REMAS MUKA DAN
RAMBUTNYA, MENGGELENG-GELENG KEPALANYA,
MENEPUK-NEPUK, MEMUKUL- MUKUL UNTUK BERUSAHA UNTUK SADAR KONTROL
DIRI)
(MUNTAH KEMBALI DAN MENYIRAMKAN
AIR MINUMAN ITU KE KEPALANYA SAMBIL
MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA)
(KEMUDIAN BERLARI-LARI KECIL
UNTUK BEBERAPA SAAT)
Saya mesti kontrol…
ini mesti dikontrol, kalau tidak bisa celaka!!!
(BERUSAHA
SADAR, BERDIRI TEGAK TIDAK MABUK LAGI)
Ehm, ehm, Aparat
pemerintah seperti saya ini dilarang mabuk,
apalagi disaat
menjalankan tugas ( MEMBENARKAN LETAK DASINYA )
Demi menjaga wibawa,
martabat dan kehormatan
(TERSENYUM MEMANDANG
BOTOL MINUMANNYA) kalau diluar jam
dinas.. boleh, tidak
apa-apa…
Pada saat dinas pun
juga boleh… asal tidak ketahuan (TERTAWA )
(MELETAKKAN BOTOL
MINUMAN DI DALAM KOPERNYA)
(MEMANDANG SEKELILING,
MENGAMBIL KACAMATA DAN MEMASANGNYA)
Ini tempatnya ?
(MEMBUKA TAS KOPERNYA,
MENGAMBIL SELEMBAR KERTAS SEPERTI MEMBACANYA)
Hm.. Aku kira ini
memang benar tempatnya.
(MEMANDANG SEKELILING,
MANGUT-MANGUT)
Any body home ? Any body home ? (TIDAK ADA JAWABAN)
(MEMANDANG SEKELILING)
Any body home ? some one here ?
Ada orang di sini ? Oy
! Ada orang engga sih !!!
(MEMANDANG SEKELILING)
Seperti gudang saja !
(MEMERIKSA BARANG YANG
ADA DI RUANGAN)
(MENGAMBIL DAN MENCIUM
SALAH SATU BAJU)
Kotor, bau, dekil, iih
(BERGIDIK KARENA JIJIK DAN MELEMPARKAN BAJU TERSEBUT)
(MEMBUKA KOPER,
MENGAMBIL SELEMBAR KERTAS) Kalau begitu, surat tugas ini tidak akan
mengalami
hambatan untuk di jalankan besok (MELETAKKAN KEMBALI DALAM KOPER)
Karena tempat ini
ternyata gudang yang sudah usang dan pemiliknya sudah mati, he… he…
(BERSENANDUNG GEMBIRA
TIBA-TIBA TERSENTAK MELIHAT MEJA, MENGAMATINYA KINI
SEMAKIN BERANI)
Sepetinya ada yang
menghuni.
(DUDUK DI KURSI,
MERAIH TEKO DAN MENUANGKAN KEDALAM GELAS, NAMUN TIDAK ADA AIR
YANG TUMPAH)
Ah… brengsek !
Tapi boleh jadi tidak
ada yang menghuni... Atau… Gelandangan, yang pasti dia bukan
pemilik tempat
ini…
(MENGAMBIL KERTAS YANG
TERSERAK DI ATAS MEJA)
(MEMBACA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH)
Marni…
(MENGOMENTARI
BACAANNYA)
Apa… ini…? Aneh…
(PENASARAN DAN MENERUSKAN BACAANNYA)
‘ jangan buat dirimu ’
‘ buta, tuli dan bisu
‘
(MENGOMENTARI
BACAANNYA)
‘ Jangan angkuhkan
dirimu ‘
‘ Dengan kecacatan
yang kau buat sendiri ‘
‘ Jangan cacati
batinmu ‘
‘ Tolong aku mohon ‘
‘ Akhirilah segalanya
‘
(MELEMPAR KERTAS ITU)
Dasar murahan,
picisan, kacangan!
(MENGINJAK-NGINJAK
KERTAS)
Muak, muak, bikin aku
muak saja!
(MEMANDANG SEKELILING, MEMUNGUT KERTAS DI LANTAI, MEMBACANYA)
‘ Marni jangan tenggelamkan
mentari kita ‘
(MENGUMPAL KERTAS TERSEBUT DAN
MELEMPARNYA)
Bangsat! kata-katanya tambah
goblok!
Telalu ngepop, cengeng!
Dasar gombal, tukang gombal
goblok!
Tolol, tolol, tolooool!
(MENGINJAK DENGAN KEMARAHAN YANG SANGAT)
(TERDENGAR SUARA ORANG YANG
MEMANGGIL MARNI DARI LUAR PANGGUNG, TOKOH II TERSENTAK, BERGEGAS IA BERDIRI
DIBIBIR PANGGUNG, MEMBENAHI DIRI SEOLAH TIDAK BERBUAT APA-APA)
( LAMPU MEREMANG KEMBALI 50% )
TOKOH I MASUK PANGGUNG DENGAN
TERUS MEMANGGIL MARNI, SAMBIL MEMBAWA LAMPU TEMPLOK.
TOKOH I : (MENCARI-CARI, DAN
TIDAK MELIHAT KEHADIRAN TOKOH II)
Marni…ayo…Marni, jangan sembunyi… keluarlah
sayang…
Aku bias rasakan ada orang disini…
Kau pasti di sekitar ruangan ini
(BERJALAN KESANA KEMARI)
Kau pasti marni, pasti marni (BERKATA YAKIN
SEKALI)
Marni… Marni… Kaukah itu Marni…
(LAMPU TERANG 75 %)
TOKOH II : (MENJAWAB TAMPA
MENOLEH)
Tidak ada orang disini !
TOKOH I : (TIDAK MELIHAT
LAWAN BICARA)
Tidak disini pasti ada orang.
TOKOH II : Semenjak aku
datang, ruangan ini kosong melompong.
TOKOH I : Aku rasakan
ruangan ini lebih penuh dari biasanya
(DENGAN NADA GEMBIRA SEKALI)
Marni…Marni pasti ada disini.
TOKOH II : Aku bilang tidak
ada!
TOKOH I : Pasti ada!
TOKOH II : Tidak Ada!
TOKOH I : Harus ada!
TOKOH II : Marni yang kau cari
tidak ada disini, sudah saya cek !
TOKOH I : Tidak bisa,
perasaanku tidak pernah salah, Marni ada disini
(TOKOH II MENGHAMPIRI TOKOH I
YANG MEMBELAKANGINYA, MENYENTUH PUNDAKNYA, DAN TOKOH I KAGET DIBUATNYA)
TOKOH I : Marni (MEMBALIK
BADANNYA DAN BERKATA DENGAN GEMBIRA)
TOKOH II : Saya bilang, Marni
itu tidak ada di sini
TOKOH I : (MARAH) Siapa kau,
untuk apa kau datang ke mari ?
TOKOH II : Aku……….
TOKOH I : Yang kuharapkan
hanyalah kedatangan Marni,
Bukan kedatangan orang lain.
TOKOH II : Sejak kapan kau
mulai memutuskan hubungan dengan manusia ?
TOKOH I : Bukan memutuskan
hubungan (KETEPI PANGGUNG)
Aku tidak ingin menjumpai siapapun, kecuali
Marni!!!
TOKOH II : Tidak ingin
menjumpai siapapun ?
Dengan begitu kau telah memutuskan hubungan
TOKOH I : (MARAH) Aku hanya
ingin berjumpa dengan Marni,
Tidak dengan yang lain.
TOKOH II : Makhluk social
macam apa kamu ?
TOKOH I : Rasa sosial ku
sudah hilang.
TOKOH II : Kalau begitu kau
bukan manusia !
TOKOH I : Manusia? (SINIS)
TOKOH
II : Iya, manusia! manusialah yang menentukan kemajuan dunia,
manusialah yang memiliki
otak dan pemikiran jenius, manusialah yang membangun
pada perbaikan, manusialah…….
TOKOH I : Sekaligus
menghancurkan dengan segala nafsu dan keserakahannya
TOKOH II : Itu kalau nafsunya
membeludak seperti gunung meletus
TOKOH I : (MENDEKATI TOKOH
II)
Sudah ! Cukup ! peduli apa aku dengan
manusia!!!
(SESAAT MEMANDANG MEJA DAN BERGEGAS
MENGHAMPIRINYA)
Kertas-kertasku,manakertas-kertasku?
(MENCARI
KERTAS-KERTASNYA DAN MEMUNGUTNYA DILANTAI)
Ada yang kurang ! kau pasti mengambilnya !
TOKOH
II : Untuk apa aku mengambil kertas-kertasmu, lagi pula aku muak dengan
hal-hal yang
melankolis seperti itu.
TOKOH
I : Melankolis ????
Berarti kau telah
membaca catatan-catatanku
(MARAH BESAR)
Kembalikan, cepat! Atau kubunuh kamu sekarang!
TOKOH
II : (MEMUNGUT KERTAS YANG TELAH DIREMAS DAN DI SERAHKAN KEPADA TOKOH I
DENGAN
AGAK TAKUT)
Yang kuambil cuman
ini, hanya dua saja.
TOKOH
I : (MENGAMBIL DENGAN CEPAT)
Maling kamu, sekarang
pergi dari tempatku ini..!!! cepat!!!
TOKOH
II : Oh, Jadi ini tempatmu ? Kepunyaanmu ?
TOKOH
I : (TAMBAH MARAH)
Iya, dan kau cepat
pergi dari sini !!! sekarang juga!!!
TOKOH
II : Oya! Kita sudah saling bicara, kapi kita belum saling mengenal
(MENGULURKAN TANGANNYA) Kenalkan…
TOKOH
I : Saya tidak perlu mengenal anda.
TOKOH
II : Nama saya….
TOKOH
I : Tidak perlu nama!
TOKOH
II : Paling tidak anda perlu tahu jabatan saya.
TOKOH
I : (TAMBAH MARAH) Tidak perlu!!!
TOKOH
II : Ini penting (DUDUK DI KURSI MARNI SAMBIL BICARA DENGAN BIJAK) Agar
lebih mudahnya,
lebih baik anda mengetahui jabatan saya terlebih dahulu, walau
anda tak perlu tahu
nama saya.
TOKOH
I : Hey, jangan kau sentuh kursi itu, itu kursi kesayangan Marni..
pergi!
TOKOH
II : (MENJAUH DARI KURSI MARNI)
Okey, saya mohon maaf
kalau begitu…
Tapi saya harus bicara
dengan anda tentang hal yang sangat penting
TOKOH
I : Saya tidak mengenal anda dan tidak mengenal saya, lalu anda katakan
ada hal penting? He,
he, he, yang benar saja…
TOKOH
II : Penting buat saya dan sangat penting buat anda
TOKOH
I : Saya rasa saya tidak punya hutang dengan anda, dan anda tidak
berhutang dengan saya
kan?
TOKOH
II : Iya…
TOKOH
I : Lalu dimana letak penting itu?
TOKOH
II : Ini lebih penting dari utang piutang…
TOKOH
I : Lalu apa yang lebih penting dari hutang piutang dalam hidup ini?
Hutang budi? Jasa,
kebaikan, atau dendam keburukan yang harus dibayar?
TOKOH
II : Bukan masalah pribadi…
TOKOH
I : Lalu apa?
TOKOH
II : Ini masalah kenegaraan…
TOKOH
I : Maaf saya tidak tertarik…
TOKOH
II : Tapi anda berwajiban mematuhi semua ketentuan negara
TOKOH
I : Saya tidak punya hak lagi di negara ini jadi saya tidak punya
kewajiban lagi atas negara
ini…
TOKOH
II : Hey, tidak boleh begitu, ini melanggar hukum!!!
TOKOH
I : saya tidak perduli dengan negara, dan negara juga tidak perduli
dengan saya, iya kan???
TOKOH
II : Tapi, sekarang anda berurusan dengan negara dan pemerintah…
TOKOH
I : Ah, sudah!! Jangan bertele-tele terlalu plin-plan, sekarang
urusannya apa? Dan apa
hubungannya dengan anda?
TOKOH
II : Baik saya akan bicara tegas dan jelas.
TOKOH
I : To the point saja, masalahnya apa ?
TOKOH
II : OK, jabatan saya adalah ajudan pemerintah! Asisten…
TOKOH
I : Ajudan pemerintah ? ( TERTAWA MELECEHKAN )
Datang malam-malam
begini ? seperti maling saja !
TOKOH
II : Kerja lembur, saya kerja lembur…
TOKOH
I : Hingga tengah malam ?
TOKOH
II : Aku sering keluar malam, untuk menikmati beberapa botol minuman
dan cantiknya
perempuan, entah mengapa malam ini aku terlalu gairah. Setelah
aku bosan dengan
kehidupan malam aku tidak bisa tidur, aku pikir dari pada
nganggur lebih baik kerja,
kerja lembur.
Agar esok di kantor
aku bisa santai, bisa tiduran, bisa baca komik, bisa jalan-jalan, bisa
main
catur, bisa….
TOKOH
I : (MEMOTONG PEMBICARAAN)
Saya tidak perlu
penjelasan panjang lebar, saya hanya ingin tahu. Apa pentingnya anda bagi
saya
?
TOKOH
II : (MENDEKATI TOKOH I)
Penting sekali, karena
saya bertugas memberikan keterangan-keterangan yang harus anda
ketahui. Saya
tidak minta balas jasa, saya ikhlas, ini saya lakukan demi tugas dan…..
TOKOH
I : To the point saja, ( MEMOTONG CEPAT )
Tidak bisakah kau
berbicara langsung pada pokok persoalan?
TOKOH
II : Okey, to the pointnya begini,
(MENGAMBIL TAS,
MEMBUKANYA DAN MENGAMBIL KERTAS, MEMBACANYA)
Diputuskan bahwa
tempat ini akan di gusur, guna penataan kota dan pembangunan jalan
agar daerah
ini terlihat bagus, rapi, teratur, terkesan mewah, dan……
TOKOH
I : ( MEMOTONG BACAANNYA )
Kurang ajar! Keparat!
( GERAM ) kau menggusur tempat ini?
TOKOH
II : Ma’af ini bukan kehendak saya, tapi ini adalah kehendak
pemerintah, saya hanya
menyampaikan pesan pemerintah, saya beritahu ini agar….
TOKOH
I : Tidak bisa !
Bilang sama
pemerintah, saya tidak mau, saya tidak terima, saya tidak akan meninggalkan
tempat ini.
TOKOH
II : Tapi ini perintah resmi, perintah dari pemerintah
TOKOH
I : Saya tetap tidak mau, ini rumahku, tempatku, aku tinggal di sini
puluhan tahun, masa
main gusur begitu saja !
TOKOH
II : Yang namanya pemerintah itu tugasnya mengeluarkan perintah,
ketetapan-ketetapan dan
keputusan-keputusan.
Penggusuran tempat ini
telah di undang-undangkan tidak bisa diganggu gugat.
TOKOH
I : Saya tidak terima, ini melanggar hak azasi!!!
TOKOH
II : Keberadaan rumah ini melanggar undang-undang
TOKOH
I : Udang-undang apa?
TOKOH
II : Undang-undang ketertiban dan kemaslahatan bersama
TOKOH
I : Kemaslahatan bersama?
Kemaslahatan buat
siapa?
TOKOH
II : Kemaslahatan orang banyak
TOKOH
I : Tapi bagi saya ini tidak maslahat!!!
TOKOH
II : Terserah, saya hanya menyampaikan
TOKOH
I : Saya protes!!!
TOKOH
II : Tidak bisa, sudah terlambat!
Waktu protes sudah
habis sejak sebulan yang lalu, karena anda tidak memprotes pada pada
waktu yang
telah di tetapkan, maka protes anda tidak di terima….
TOKOH
I : Anjing!!! Saya tetap protes !!!
TOKOH
II : Protes tetap di tolak, wong kesepakatannya telah ditanda tangani
kok! jadi program kerja
ini telah di sepakati dan sekarang tinggal
mejalankannya saja.
TOKOH
I : Saya tetap tidak terima !
Karena tidak ada
alasan yang jelas ! dan saya….
TOKOH
II : (MEMBUKA KEMBALI TASNYA)
Tunggu sebentar !
(MENGAMBIL MAP DAN
MEMBACANYA)
Rumah yang terletak
dijalan anu, RT anu, No anu ini, layak untuk di gusur..
TOKOH
I : Layak untuk digusur ?
Layak untuk digusur
bagaimana ?
TOKOH
II : Kronologisnya begini.
(MEMBACA KEMBALI)
Rumah yang dimaksud
diatas terlihat tidak berpenghuni semenjak sepuluh tahun yang lalu
dan atau
nampak tidak terawat, kumuh dan lusuh. Hal ini sangat mengganggu tatanan
kota
sehingga…
TOKOH
I : Tidak berpenghuni ?
Yang benar saja! Siang
malam saya berada di sini, makan di ruangan ini, tidur di tempat ini,
lalu di
katakan tidak berpenghuni ?
Yang benar saja!
Ha..ha..ha.. (TERTAWA MELECEHKAN)
TOKOH
II : Ini keterangan yang saya baca di surat ini, saya tidak mengada
ngada..
TOKOH
I : Jelas sekali, surat yang anda bawa itu keliru dan mengada-ngada
TOKOH
II : Dari luar sana, rumah ini memang tampak seperti tidak berpenghuni…
!
TOKOH
I : ( GERAM)
Kurang ajar !
Lalu saya ini dianggap
apa ?
Apakah saya ini di
anggap hantu, sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepalamu!
Rumah ini tidak
terawat karena Marni belum sempat membersihkannya, Marni masih sibuk…
TOKOH
II : ( TIDAK MEMPERDULIKAN )
( MELANJUTKAN
BACAANNYA )
Keterangan selanjutnya
bahwa…….
TOKOH
I : Bahwa apa !
Bahwa saya benar-benar
hantu
(MENDORONG KERAS,
SEHINGGA TOKOH II TERSUNGKUR KELANTAI DAN BERKASNYA PUN
BERSERAKAN)
Dasar setan! Jadah!
Anjing!!!
Pergi! Cepat pergi!
Dari sini (MENGUSIRNYA)
(SEMENTARA TOKOH II
BERGEGAS MULAI MEMBERESKAN BERKAS-BERKASNYA YANG
BERSERAKAN)
(TOKOH I MULAI
MENANGIS)
MArni… Apakah saya
seperti hantu ?
(BERLARI-LARI KEARAH
LUKISAN DAN BERBICARA PADANYA)
Dia mulai menghina kita
Marni… ketidak hadiranmu membuat semua ini terjadi…..
TOKOH
II : (MELIHAT HAL INI TOKOH II TERMANGU)
Saya tidak bilang
begitu !
Saya hanya
menyampaikan amanat
Saya hanya
menyampaikan aspirasi rakyat, saya hanya….
TOKOH
I : Hanya apa ? (MENGUSAP AIR MATANYA)
(MARAH MENDEKATI TOKOH
II)
Aspirasi rakyat ?
Rakyat yang mana ?
TOKOH
II : Rakyat yang menghendaki keindahan dan ketertiban kota, untuk
kemajuan bersama
TOKOH
I : Saya bilang rakyat yang mana ?
TOKOH
II : Rakyat yang ada di republik ini……
TOKOH
I : Kalu begitu saya juga termasuk rakyat !
Lalu kenapa saya tidak
dimintai pendapat, tidak diberi tahu, tidak di ikutsertakan ?
TOKOH
II : Ini sudah disidangkan !
TOKOH
I : Kalau begitu ini namanya main hakim sendiri !
TOKOH
II : Bukan sidang pengadilan, tapi sidang perwakilan rakyat
TOKOH
I : Perwakilan rakyat ? Wakil, Wakil rakyat ?
TOKOH
II : Wakil yang telah dipilih dan ditunjuk oleh rakyat !
TOKOH
I : Saya tidak pernah mewakilkan pendapat saya, dan tidak ada orang
yang bersedia untuk
jadi wakil saya!
Lalu, tiba-tiba ada
yang mewakili (TERTAWA MELECEHKAN) Ha…ha…ha… aneh ….! Yang
benar saja!
TOKOH
II : Anda tidak bakal mengerti!
TOKOH
I : Ya, saya lebih senang begini dan biarkan saja saya tidak mengerti
selamanya, dari pada
saya ditipu mentah-mentah. Bagaimana mungkin dewan akan
mewakili saya,
menyuarakan pendapat saya, sementara mereka sendiri hanya santai
di kursi
kebesarannya, tanpa tahu nasib saya, keadaan saya, bagaimana hidup
saya, apakah
saya sudah makan apa belum, apakah saya….
TOKOH
II : Sudahlah! ini sesuai dengan prosudur dan sangat konstitusional.
TOKOH
I : Tidak bisa! saya tidak mau digusur
TOKOH
II : Walaupun bertentangan dengan aspirasi rakyat ?
TOKOH
I : Bukan aspirasi rakyat ! tapi aspirasi pejabat ! Aspirasi
konglomerat !
TOKOH
II : ( NADA MENINGGI )
Tolong jaga kata-kata
anda !!!
TOKOH
I : Saya hanya bicara fakta dan kenyataan…
TOKOH
II : Anda telah melecehkan Dewan Rakyat! Dewan terhormat!!!
TOKOH
I : Bukan Dewan Rakyat! Tapi Dewan Pribadi yang mengatas namakan
Rakyat!
TOKOH
II : Tahu apa anda dengan Dewan Rakyat !
TOKOH
I : Saya hanya mengutarakan keberatan saya.
TOKOH
II : Diam..! Bicaramu makin lama makin menyakitkan
TOKOH
I : Saya tidak bermaksud menyakiti, saya hanya berpendapat!
TOKOH
II : Sudahlah! cepat atau lambat penggusuran ini akan tetap
dilaksanakan! pihak-pihak
berwenang akan segera melaksanakan nya.
TOKOH
I : Saya tidak takut…!
Dan saya akan
mempertahankan sampai kapanpun
TOKOH
II : Atau begini saja, bagaimana kalau kita adakan penawaran dan
negosisasi serta
kesepakatan-kesepakatan?
TOKOH
I : Saya tetap tidak mau, titik !
TOKOH
II : Kalau begitu usaha saya sudah selesai, saya hanya menyampaikan ini
sebagai
pemberitahuan, agar pelaksanaannya nanti tidak terkesan dadakan, saya
hanya
menghimbau kesadaran dan partisipasi anda.
TOKOH
I : Ini bukan partisipasi tapi pemaksaan
TOKOH
II : Anda sanggup membongkar rumah ini dan menggantinya dengan gedung
bertingkat ?
TOKOH
I : Anda terlalu berlebihan! Saya tidak butuh gedung bertingkat saya
sudah bersyukur dengan
rumah ini.
TOKOH
II : Ini persyaratan! Rumah ini tidak dibenarkan, ini tidak permanen
TOKOH
I : Tidak ada salahnya kan ?
TOKOH
II : Tidak bisa! Kalau anda merasa tidak mampu lebih baik serahkan saja
pada orang yang lebih
mampu, karena rumah ini sudah sangat mengganggu tatanan
rancangan perkotaan, jadi
mesti harus dibongkar.
TOKOH
I : Ini namanya pemerasan !!
TOKOH
II : Bukan pemerasan tapi persyaratan ! setiap tanah yang ada di daerah
ini diharuskan
membangunnya dengan bangunan yang permanen, bagus, layak, dan
terkesan mewah,
jadi……
TOKOH
I : Saya tidak mampu
TOKOH
II : Jadi anda harus pindah
TOKOH
I : Saya tidak mau
TOKOH
II : Anda akan mendapatkan ganti rugi !
TOKOH
I : Yang namanya ganti rugi itu tetap saja rugi, tidak pernah diuntungkan
!
TOKOH
II : Bagaimana kalau ganti untung saja ! jadi tidak ada yang dirugikan
kan??? Ayolaaah… dari
pada tidak sama sekali?
TOKOH
I : Apakah jumlah gantinya akan lebih besar ?
TOKOH
II : Tergantung negosiasi dan kesepakatan, ehm, ehm, berapa kira-kira….
TOKOH
I : (BERFIKIR)
Saya tidak bisa
putuskan, saya harus beritahu marni.. saya perlu pemikiran dan
pendapatnya,
biasanya marni punya argument yang bagus.
(TOKOH
II MENARIK NAFAS DALAM-DALAM, NAMPAK SANGAT BERPUTUS ASA DIA PUN DUDUK DILANTAI
MERONGOH KANTONG UNTUK MEROKOK DAN MENYODORKAN KEPADA TOKOH I)
TOKOH
II : Merokok ? siapa tahu dapat menenangkan pikiran kita
TOKOH
I : Menyogok ?
TOKOH
II : Saya ikhlas ambil saja !
TOKOH
I : (MENGAMBIL ROKOK, MENYEDOTNYA)
terima kasih…
TOKOH
II : (MENYEDOT LAGI) bagaimana?
TOKOH
I : Nanti saja, marni juga berhak untuk memutuskan, saya harus
memutuskan sesuai
keputusan bersama, bukan begitu dalam urusan rumah tangga?
TOKOH
II : Iya, mestinya begitu, boleh minta Air putih ?
TOKOH
I : Cari saja di atas meja itu !!!
TOKOH
II : (MENDEKATI MEJA MENUANG TEKO DAN TUTUPNYA JATUH KELANTAI)
Saya kira airnya
habis!
TOKOH
I : Marni! tolong ambilkan air untuk tamu kita !
TOKOH
II : Marni?
TOKOH
I : Dia isteri saya, isteri yang sangat saya cintai, semenjak
kepulangan saya dari dinas yang
panjang Marni jadi enggan menemuiku.
TOKOH
II : Kenapa ?
TOKOH
I : Mungkin karena saya terlalu tua (TERTAWA KECIL ) dulu pernah ada
yang mengatakan
bahwa Marni sudah mati ( TERTAWA KECIL ) hampir saja aku
membunuh orang itu
TOKOH
II : Pernah bertemu Marni akhir-akhir ini ?
TOKOH
I : Ya, tapi hanya sebentar saja, ia selalu menghilang dan menghindar
TOKOH
II : Perasaannya sedang terluka barang kali ?
TOKOH
I : Saya tidak pernah menyakiti dia, saya selalu menyayanginya!
(TERTAWA KECIL) Oh ya… dia
berjanji untuk datang malam ini.
TOKOH
II : Malam sudah sangat larut, aku kira ia akan datang besok
TOKOH
I : Tidak, Marni tidak pernah ingkar janji, ia selalu menepati
janji-janjinya.
TOKOH
II : Dia sering datang malam?
TOKOH
I : Tidak menentu, dia bisa datang kapan saja
TOKOH
II : Walau tengah malam buta begini ?
TOKOH
I : Iya.
TOKOH
II : Kalau begitu kita tunggu saja!
TOKOH
I : Waktu berjalan sangat
lamban, membuat saya sangat bosan dengan penantian ini
TOKOH
II : (MENGELUARKAN BOTOL MINUMAN KECIL DARI TASNYA)
Aku punya ini mau ?
TOKOH
I : Aku tidak terbiasa
TOKOH
II : Tidak apa, ayo coba saja!
Ini bukan sogokan,
tapi pemberian yang ikhlas tulus
TOKOH
I : Tidak ada yang mengaku waktu ia akan menyogok
TOKOH
II : Itu untuk mempertahankan harga diri yang memberi, dan menjaga
martabat yang
menerima
TOKOH
I : Walaupun harga diri dan martabat mereka sudah hancur dan dimakan
anjing ?
TOKOH
II : Ah! Sudahlah!(MENYACUNGKAN BOTOL MINUMAN KARAH TOKOH I)
Minum saja! ini bukan
sogokan, serius, saya tidak bermaksud menyogok tapi memberi…
Ayo, lagi pula
saya engga enak kalau harus minum sendirian.
TOKOH
I : (MENGAMBIL DAN MEREGUKNYA)
Terima kasih
Sejak kapan kau mulai
mengisi tas bagusmu dengan benda-benda seperti ini ?
(MENYERAHKAN BOTOL
MINUMAN)
TOKOH
II : (MENGAMBIL BOTOL)
Sejak kebutuhan rumah
tanggaku sudah terpenuhi
(MEREGUKNYA)
Jadi aku beli ini
tidak mengorbankan hal-hal yang primer,
(MEREGUK LAGI)
Hanya mengisi waktu
luang saja !
(MELETAKKAN BOTOL
DIATAS LANTAI)
TOKOH
I : (TOKOH I MENGAMBIL BOTOL DAN MEMINUMNYA KEMBALI)
Boleh aku bersandar ?
TOKOH
II : Iya! Dengan senang hati !
TOKOH
I : ( MEMINUM LAGI )
Kau bahagia ?
TOKOH
II : Tidak juga! Terkadang aku juga merasakan kekosongan jiwa
(MINUM LAGI) Dulu aku
berjuang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan hidup, aku
beranggapan bahwa aku
akan bahagia dengan segala kebutuhan hidup yang terpenuhi,
namun setelah semua
itu tercapai, ternyata aku belum merasa bahagia, aku selalu
merasa gelisah.
Gelisah sekali…
( MENUNJUK KE ARAH
MINUMAN )
Aku ingin mencarinya
lewat ini, lewat gelamornya kehidupan malam yang modern…
TOKOH
I : Sudah kau temukan?
TOKOH
II : Tidak sepenuhnya! Bukan kebahagiaan hakiki ( DIAM )
TOKOH
I : Isterimu ?
TOKOH
II : (TERTAWA KECIL)
Sudah lama bercerai
(MENARIK NAFAS
DALAM-DALAM)
Terlalu banyak
perbedaan pendapat diantara kami, kami mempunyai jalan yang berbeda,
isteri
saya selalu sibuk dengan karir yang selalu dikejarnya, masing-masing kami sudah
tidak saling menghargai.
(MEMINUM LAGI)
Kau orang yang
beruntung, di masa tuamu kau masih mempunyai isteri yang baik, saling
berbagi,
saling berkomunikasi, saling….
TOKOH
I : (TERSENYUM)
Keberuntungan itu
telah ditentukan masing-masing kawan…
TOKOH
II : (MEREGUK MINUMANNYA BANYAK SEKALI)
Tapi aku merasa tidak
beruntung !
( BERJALAN HILIR MUDIK
)
TOKOH
I : Kau tidak boleh begitu !
Justru itu hanya akan
membuang keberuntunganmu saja !
Perempuan memang
memiliki seribu misteri
TOKOH
II : Maksudmu ?
TOKOH
I : Dibalik kelembutannya tersimpan kekuatan yang dahsyat...
TOKOH
II : Dahsyat bagaimana ?
TOKOH
I : Kehebatan laki-laki itu dapat disebabkan oleh kelembutan perempuan
dan kehancurannya
pun juga dapat disebabkan oleh pengaruh perempuan, walaupun
ia hanya berada di
dalam sebuah ruang yang sempit, namun ia mampu
mengendalikan_
TOKOH
II : Ruang sempit? Maksudmu perempuan hanya berkisar pada kasur, sumur
dan dapur ?
TOKOH
I : Itu kewajibannya !
TOKOH
II : Ha…Ha…Ha… Ini bukan zamannya lagi kawan, sekarang ini perempuan
tidak hanya bekerja
disekitar kasur, sumur dan dapur saja, tapi dia berhak
untuk bekerja di luar rumah,
ditempat yang lebih luas_
TOKOH
I : Perempuan dapat dieksploitasi, begitu maksudmu ?
TOKOH
II : Maksudku…
TOKOH
I : Haruskah perempuan memikul karung bekas, memecah batu, menjual
barang asongan dan
menjual jagung rebus yang diusung diatas kepalanya ?
TOKOH
II : Bukan begitu…
TOKOH
I : Hingga dia menjual harga diri menjadi lacur ?
(SEDIH) Semua itu
membuat hatiku merinding.
TOKOH
II : Kau terlalu realitas, perempuan bekerja bukan karena kemiskinan
tetapi_
TOKOH
I : Kenyataannya begitu, tatkala sang suami, sang ayah dan sang
laki-lakinya tidak mampu
dan tidak mau bekerja, kesulitan hidup membelit perut
mereka, lalu sang perempuan
yang harus menggantikan posisinya, mereka dipaksa
untuk bekerja, menanggung beban
yang bukan tanggung jawabnya. Ini namanya penganiyaan! Pemerasan! menyalahi takdir!
TOKOH
II : He..He.. anda terlalu akrab dengan kemiskinan, sehingga anda
berpikir seperti itukan?
TOKOH
I : Kenyataannya memang begitu !
TOKOH
II : Sekarang ini banyak perempuan yang bekerja, bukan karena
kemiskinan, bukan
keterpaksaan hidup, namun pekerjaan halal dan wajar, banyak
wanita yang terus
bekerja keras untuk merintis karirnya, walau mereka sudah
kaya, ekonomi sudah dari cukup
TOKOH
I : Untuk apa mereka bekerja ? Toh kewajiban mereka adalah melayani
suami dan anak-anak
dengan sebaik baiknya…
TOKOH
II : Pemikiran anda sangat terisolasi_
TOKOH
I : Lalu apakah pemikiran yang mempekerjakan perempuan itu kau anggap
pemikiran yang
baik, pemikiran jenius ? pintar ?
TOKOH
II : Masalah baik dan tidak itu tergantung apakah berbenturan dengan
norma ataukah tidak ?
TOKOH
I : Bagi saya itu tetap saja menyalahi kodrat !
TOKOH
II : Saya hanya ingin menyatakan pendapat bahwa laki-laki dan perempan
itu mempunyai
kedudukan yang sama, dia berhak punya cita-cita, punya
pendidikan, pendapat yang sama,
bukan eksploitasi dan mereka tidak meninggalkan
kewajiban utama mereka sebagai
perempuan_
*TOKOH
I : (TIDAK MEMPERDULIKAN PEMBICARAAN TOKOH II, DIAM MEMANDANG KE ATAS,
MELIHAT
CAHAYA PUTIH, SANGAT GEMBIRA)
Kau lihat cahaya putih
disana ?
Marni… sebentar lagi
Marni akan datang !
(BERTERIAK GEMBIRA)
Marni… Marniku….
(BEGEGAS MENAIKI TALI
SAMPAI PALING ATAS)
(MEMANGGIL SEOLAH
ORANGNYA SANGAT JAUH)
Marni… o..oy …Marni…
(BERBICARA PADA TOKOH
II)
Kau lihat ? Marni
sudah datang !
Lihat di sana, Marni
sudah datang !
Cepatlah kemari, dari
sini kau akan melihatnya dengan jelas !
(TOKOH II BINGUNG, DAN IA HANYA MENURUTI KATA-KATA TOKOH I
MEMANJAT TALI
SAMPAI POSISINYA DI BAWAH TOKOH I)
TOKOH
II : Mana, aku tidak melihat apa-apa !
TOKOH
I : Itu! Ia memakai gaun putih, sangat indah, indah sekali
TOKOH
II : Iya (MENGUSAP MATANYA)
Aku tidak melihat
siapa-siapa !
TOKOH
I : Dia tersenyum manis.
TOKOH
II : (MELETAKKAN TANGAN DIATAS ALISNYA)
Tidak ada !
TOKOH
I : Marni mulai menuju kemari !
Minggir (BERGEGAS
TURUN)
MInggir kataku ! Aku
harus menyambutnya !
(BERGEGAS TURUN MELEWATI
TOKOH II DAN TOKOH I TERJATUH, BANGKIT DENGAN CEPAT
BERLARI KEMUKA PANGGUNG)
(BERBICARA DENGAN
MARNI, NAMUN BAGI ORANG LAIN IA SEOLAH BERBICARA SENDIRI,
KARENA MARNI TAK
TERLIHAT SIAPAPUN KECUALI TOKOH I)
Dari mana saja kau
sayang ?
(MENGAMBIL TANGANNYA
DAN MENCIUM DENGAN MESRA)
Aku kira kau ada di
dapur…
(MEMBAWANYA KE ARAH
MEJA)
(SEPERTI MENDENGARKAN
PEMBICARAAN MARNI LALU MEMOTONG PEMBICARAAN MARNI)
TOKOH
I : Sudahlah ! jangan terlalu banyak bicara !
Duduk dan istirhat
saja dulu
(MEMBAWA KEARAH BANGKU
MARNI DAN MENDUDUKKANNYA)
(SEMENTARA TOKOH II
TURUN DARI TALI DAN MELINTASI TOKOH I YANG ASYIK DENGAN
DUNIANYA)
(MENUJU BIBIR
PANGGUNG)
(TOKOH I MELIHAT KE
TOKOH II)
Dia ! (MENDENGARKAN)
Dia tamu kita, bukan
oranng jahat !
(MENDENGARKAN)
Sudahlah kau percaya
saja padaku !
(MENDENGARKAN)
Marni.. lain kali
kalau kau mau pergi, kau harus bilang, sehingga aku tidak terlalu
mengkhawatirkan keadaanmu…
(MENDENGARKAN)
Kau jangan pergi lagi,
aku tidak ingin perpisahan. Aku akan gila… sungguh…
(SELANJUTNYA BERINTERAKSI
DENGAN MARNI TANPA SUARA SAMBIL BERDANSA BERDUA
DENGAN MARNI)
TOKOH
II : (SEMENTARA TOKOH II YANG MEMPERHATIKAN TOKOH I MAKIN BINGUNG
BERBICARA PADA
PENONTON)
Aneh sepertinya marni
itu bukan manusia
Atau dia yang sekarang
sudah mulai gila !
Bicara sendiri,
tertawa sendiri tanpa ada lawan bicara…
Atau… mata dan
telingaku yang tidak berfungsi
(MENGUSAP-USAP
MATANYA)
Tidak ! pasti ini ada
yang salah pengertian
Kesalahan ini serius
sekali !
Aku harus menyadarkannya
!
(BERGEGAS MENGHAMPIRI
TOKOH I)
Ehm..ehm..(BERJALAN
HILIR MUDIK DIHADAPANNYA)
(SEMENTARA TOKOH I
SEDANG ASYIK DENGAN DUNIANYA)
TOKOH
I : Ada apa ?
TOKOH
II : (TERTAWA SAMBIL MENGANGGUK)
TOKOH
I : Oya !
(BERBICARA PADA MARNI)
Marni tolong ambilkan
air minum untuk tamu kita, dari tadi dia belum di suguhi minuman
(MENOLEH, DIAM)
(BANGKIT DARI
BERBARING)
(BERBICARA SEOLAH
JAUH)
Yang agak hangat,
Marni !
TOKOH
II : (MENDEKATI TOKOH I)
Boleh saya kenalan dan
berbicara dengan marni?
TOKOH
I : (TERTAWA KECIL)
Kenapa tidak ?
(MEMANGGIL)
Marni… Marni..
Bagaimana minumannya
sayang ?
(MENDENGARKAN SEOLAH
MELIHATNYA DARI JAUH)
Ya sudah ! kalau
airnya masih direbus kita tunggu saja !
(MELAMBAIKAN TANGAN)
Marni... Sini..
(SEOLAH MARNI DATANG)
(BEBICARA AGAK DEKAT)
Dia ingin kenalan dan
ngobrol denganmmu
(TERSENYUM AGAK LAMA)
(BERBICARA PADA TOKOH
II)
Lo kamu ini bagaimana
Kok malah diam, marni
menanyakan nama kamu…
TOKOH
II : Oh ya ! (BINGUNG SEKALI)
(MENGULURKAN TANGAN)
Kenalkan_
TOKOH
I : (TERTAWA)
Marni disini, bukan
disana !
TOKOH
II : Oh.. Kenalkan (MENGARAHKAN TANGANNYA)
Nama saya.. (MARNI
MENGHILANG)
TOKOH
I : Marni.. kemana kau marni !
TOKOH
II : Kenapa ?
TOKOH
I : Tiba-tiba Marni menghilang !
(BERJALAN KESANA
KEMARI)
Marni … Kemana lagi
kau Marni
(MENAIKI TALI)
Marni… Kemarilah…
Marni…
TOKOH
II : (MENUJU KEBIBIR PANGGUNG)
Aneh..! Datang dan
perginya aku benar-benar tak melihatnya !
(TOKOH I PUTUS ASA
DIAM DI ATAS TALI SAMBIL MENANGIS)
(MENGHAMPIRI TOKOH I)
Aku benar-benar tidak
melihatnya!
TOKOH
I : (SEDIH DENGAN DIRINYA)
Kehadirannya bukan
untukmu!
TOKOH
II : Aku kira itu hanya ilusimu saja
TOKOH
I : Tidak, aku melihatnya dengan jelas sekali !
TOKOH
II : Atau marni itu bukan manusia
TOKOH
I : (MARAH BESAR)
Bangsat! Kau menghina
Marni!
(TURUN DARI TALI
MENGHAMPIRI DAN MENCENGKERAM LEHER TOKOH II) Tak akan ku
biarkan seorangpun
yang menghina Marni.
TOKOH
II : (MENCOBA MELEPASKAN TANGAN TOKOH I)
Ma’af maksud saya hanya
berupa roh saja !
TOKOH
I : Mana mungkin saya bercinta, bercengkrama dan bersegama dengan roh
yang tanpa jasad !
TOKOH
II : Aku kira_
TOKOH
I : Kau kira apa ?
(MARAHNYA MAKIN
MENJADI-JADI)
TOKOH
II : Aku kira marni itu telah mati
TOKOH
I : (MENYERGAP DAN MENAMPAR TOKOH II)
Bangsat ! ku bunuh
kau..! Kubunuh !
Katakan marni masih
hidup ! Ayo… (MEMUKUL SEJADI-JADINYA)
TOKOH
II : Aku tidak menyaksiannya !
TOKOH
I : (TOKOH I MENAMPAR BERKALI-KALI)
Katakan marni masih
hidup!
TOKOH
II : Aku tidak melihatnya, sungguh !
TOKOH
I : (MENAMPAR LAGI)
Katakan marni masih
hidup
Ayo! katakan!
TOKOH
II : Aku tidak tahu
TOKOH
I : Bangsat ! (MEMUKUL SEJADI_JADINYA)
TOKOH
II : Iya ! (DENGAN NADA YANG SANGAT LEMAH)
Marni masih hidup ! Ia
masih hidup
TOKOH
I : (MELEPASKAN CENGKRAMANNYA)
(TERTUNDUK LEMAS)
Marni masih hidup ! Ia
selalu bersama saya !
(MENANGIS
SEJADI-JADINYA)
TOKOH
II : (BANGKIT DARI KELEMAHANNYA)
Kau yakin ia masih
hidup ?
Kalau begitu ayo kita
cari, sampai aku benar-benar melihatnya secara nyata ! Hingga aku
benar-benar
meyakininya !
TOKOH
I : Tolong jangan kau katakan marni telah mati. Aku mohon !
TOKOH
II : (MENARIK TANGAN TOKOH I DAN MENYERETNYA)
Bagaimana kalau kita
mencarinya sekarang juga !
TOKOH
I : Tidak, aku akan menunggunya disini… sampai marni datang. Aku tidak
ingin dia datang
kemari sedang aku tidak ada disini, itu akan membuatnya kecewa
dan sakit hati, harus
berusaha !!!
(BERGEGAS
NAIK KE TALI)
Marni…. Marni… Marni….
TOKOH
II : Sudahlah ia tidak akan datang kalau hanya dipanggil saja !
TOKOH
I : (SEDIH)
Aku masih
mengharapkannya
Aku ingin bersamanya…
TOKOH
II : Kita do’a kan saja Marni cepat kembali ke sini !
TOKOH
I : (BERGEGAS TURUN MENGHAMPIRI LEMARI MEMBUKA LACI DAN MENGAMBIL
PISAU)
Andai saja marni tidak
kembali atau ia telah mati, maka pisau ini akan menembus dadaku
agar mengenai
jantung, aku akan menyusulmu Marni…
TOKOH
II : Kenapa pemikiranmu begitu sempit !
TOKOH
I : Pisau ini telah kusiapkan sejak beberapa tahun lalu
(MENGARAHKAN PISAU
KEDADANYA)
TOKOH
II : Mengapa kau begitu bodoh !
TOKOH
I : Aku akan senang dan puas melakukannya, sebab kematianku akan
mengakhiri segalanya,
mengakhiri penderitaan ini, untuk bertemu dengan marni !
(MENGACUNGKAN PISAU
KEDADANYA)
Kebahagiaan yang
sangat sempurna !
TOKOH
II : (MENDEKAP)
Sudahlah… (SEDIH) Kau
tidak perlu melakukan ini !
TOKOH
I : (TERTAWA KECIL)
Ha..ha..ha. aku
bangga, aku senang, aku gembira melakukannya, Kawan!
TOKOH
II : Tapi ini hal bodoh yang pernah aku lihat !
TOKOH
I : Aku hanya mencari kebahagiaan, sebagaimana kau mencarinya, kesana
kemari, siang dan
malam !
TOKOH
II : Tapi bukan dengan cara begini
TOKOH
I : Kita mempunyai cara yang masing-masing kawan !
TOKOH
II : (MENANGIS) sudahlah !
Aku mohon jangan !
Jangan lakukan ini.. Jangan !
TOKOH
I : (MEMEGANGI WAJAH TOKOH II)
Ini penderitaan ku,
bukan penderitaan mu
TOKOH
II : Akal sehatmu sudah rusak !
TOKOH
I : Hatiku sudah terpaut erat sekali
TOKOH
II : Walau dengan penderitaan dan kematian dirimu sendiri ?
TOKOH
I : Penderitaan ini akan ku nikmati dengan sangat lezat !
Kalaupun kematian itu
datang maka aku akan sangat bahagia !
TOKOH
II : Tidak kau telah menyiksa hidupmu, kau telah menyia-nyiakan dirimu!
TOKOH
I : Secara dzahir memang begitu tapi secara batin tidak begitu !
TOKOH
II : Kau harus mengubah jalan hidupmu
TOKOH
I : Aku telah menyepakatinya !
TOKOH
II : Kau membunuh dirimu sendiri
TOKOH
I : itu keputusan ku……
TOKOH
II : Baik kau tunggu saja di sini, aku akan mencari Marni, malam ini
juga, aku pasti akan
menemukannya! dan aku akan membawanya untukmu….
Aku akan menggedor
semua pintu-pintu yang ada untuk menanyakan dan mencari
keberadaan marni !
TOKOH
I : Tapi…
TOKOH
II : Sudahlah kau tenang saja di sini!
(BERGEGAS KELUAR
PANGGUNG)
TOKOH
I : (MENGAMBIL LAMPU) Tunggu! Aku ikut bersama mu
TOKOH
II : Kau tunggu saja di sini, kalau-kalau marni pulang sendiri kerumah,
biar kau sambut dia….
TOKOH
I : (MENYERAHKAN LAMPU)
Aku berterima kasih
padamu kawan
TOKOH
II : Yah… karena ini harus dituntaskan…
(TOKOH II BERGEGAS
MENINGGALKAN PANGGUNG SAMBIL MEMBAWA LAMPUTEMPOK TOKOH I
MENGANTARKANNYA
DENGAN PENUH PENGHARAPAN AKAN KEDATANGAN MARNI)
TOKOH
I : Aku harus bersiap-siap menyambut kedatangan marni…
(SEGERA MEMBERSIHKAN
RUMAH, MULAI DARI MENGUMPULKAN PERABOTAN YANG
BERSERAKAN MENJADI SATU,
MEMASUKAN PAKAIAN YANG BERHAMBURAN KEDALAM LEMARI,
LALU MENYAPU LANTAI RUMAH
YANG SANGAT KOTOR OLEH DEBU, MEMBERSIHKAN MEJA,
MEMBERINYA TAPLAK KEMUDIAN
MELETAKKAN BUNGA DIATASNYA)
Bagaimana marni? Semua
sudah teraturkan? Semua sudah bersih… semoga kau senang dan
bangga pada ku…
Sekarang semuanya
sudah siap….
(MELIHAT KEARAH
BADANNYA SENDIRI)
Ya ampuun… marni tak
akan tertarik dengan penampilan ku seperti ini, dia akan kecewa…
ini juga harus
dipersiapkan
(BERGEGAS TOKOH I
MEMBUKA LEMARI MENCARI BAJU PENGANTIN YANG SERBA PUTIH)
(AHIRNYA DIA
MENEMUKANNYA DAN BERGEGES MEMAKAINYA)
(MENGHADAP CERMIN
SAMBIL MENYISIR RAMBUTNYA SAMBIL MENGENAKAN DASI KUPU-
KUPUNYA)
Walau tak semuda dulu
lagi… tapi aku harus terlihat menarik, agar Marni terkesan seperti
waktu pernikahan itu… bukankah waktu itu kau
sangat kagum pada ku Marni….
(BERPALING DARI CERMIN
SAMBIL MENGIBAS-NGIBAS BAJU PERKAWINANNYA YANG SUDAH
KELIHATAN KUMAL)
Kau ingat dengan baju
ini Marni?
Baju kebesaran kita,
baju yang kita pakai pada saat hari bersejarah dalam hidup kita, hari
kebahagiaan kita, hari pernikahan kita…
Ku ingin hari ini
seperti hari pernikahan kita dulu…
(SESAAT MASUK TOKOH II
BERLARI DENGAN TERGOPOH-GOPOH SAMBIL MEMBAWA NISAN
YANG DISEMBUNYIKAN DIBALIK
BADANNYA)
(TOKOH I MENYAMBUTNYA
DENGAN GEMBIRA)
Bagaimana? Sudah
ketemu Marni?
TOKOH
II : Eh….
TOKOH
I : Lho, Marninya mana?
TOKOH
II : Eh… anu…
TOKOH
I : Kau kan tahu, kalau aku sudah kebelet ingin ketemu Marni…
TOKOH
II : Saya kira marni…
TOKOH
I : Ayo cepat katakan! Beritahukan aku tentang kabar gembira ini..
TOKOH
II : Sebentar kawan… ini perlu waktu untuk menjelaskannya
TOKOH
I : Maksudmu?
TOKOH
II : Saya bingung harus memulainya dari mana…
TOKOH
I : Berarti ini kabar buruk?
TOKOH
II : Saya tidak bermaksud…
TOKOH
I : Jangan katakan, kalau Marni enggan menemuiku… mestinya kau
berusaha membujuknya
dan membawanya kemari, agar kami bisa bersatu kembali
(MENDORONG KUAT TOKOH
II TIBA-TIBA NISAN TERJATUH KELANTAI TOKOH II TERKEJUT
BUKAN MAIN)
(TOKOH I MENGAMBILNYA)
Apa ini? Nisan? Nisan
Marni?
Berarti Marni telah
meninggal?
TOKOH
II : Saya kira begitu…
TOKOH
I : Tidak!!! Aku tidak ingin berpisah dengan Marni…
(TOKOH I LANGSUNG
BERLARI KEARAH LEMARI, MENGHAMBURKAN ISINYA MENCARI-CARI
PISAU DAN LANGSUNG
MENGARAHKAN KEDADANYA TOKOH II MENCEGAH SEKUAT TENANGA)
Aku ingin menemui
Marni!!!
TOKOH
II : Jangan lakukan ini bodoh!!!
TOKOH
I : Biarkan aku… aku ingin bersama Marni…
(TOKOH
I & II BERGUMUL MEMPEREBUTKAN PISAU)
TOKOH
II : Tapi tidak seperti ini…
TOKOH
I : Aku mau Marni, aku cinta mati…
TOKOH
II : Otakmu rusak berantakan!!!
TOKOH
I : Jangan halangi!!!
TOKOH
II : Hentikan… hentikan… hentikan
(BERKALI-KALI MEMUKULI
TOKOH I HINGGA TAK BERDAYA DAN LUNGLAI)
(TOKOH II BERHASIL
MEREBUT PISAU ITU DAN SEGERA MEMBUANG NYA KEMUDIAN TOKOH II
MEMBAWA TOKOH I
KELUAR PANGGUNG DIA HANYA PASRAH SAJA)
TOKOH
I : Kau tidak merasakan kerinduan yang mendalam…
TOKOH
II : Tidak, kita harus meninggalkan tempat ini untuk melupakan
segalanya….
(DIALOG INI
BERULANG-ULANG SAMPAI KEDUANYA BENAR-BENAR KELUAR PANGGUNG)
(LAMPU FOLLOW)
(BLACK OUT)
(THE END)